Pemikiran dan Perkembangan Remaja | Motivasi Remaja dalam Berkarir

Kapan saya bisa menentukan karir?


Sudah barang pasti seseorang akan merasakan dilema yang luar biasa hebat ketika harus dipaksa untuk memutuskan SIAPA SAYA? Kemana nanti saya akan melanjutkan hidup ini? Bayang-bayang akan sperti apa saya nanti seolah menjadi momok menakutkan bagi tiap individu.

Sekarang coba Anda berfikir tentang diri Anda, bila perlu Anda melihat sisi lain dari diri Anda. Apakah Anda sudah mengenali diri Anda? Apa yang menjadi kelebihan dari diri Anda? Apa yang menarik dari diri Anda?

Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, apakah bisa disimpulkan bagaimana Anda kedepan?
Fase remaja di identikan dengan kecanggungan-kecanggungan dalam menentukan sebuah keputusan. Egosentris yang yang relatif tinggi ditambah dengan kehidupan yang cenderung bebas, diasumsikan sulit membuat keputusan secara tepat. Hal itulah yang selanjutnya akan mengindikasikan bahwa kematangan remaja dalam menentukan karir berada pada level rendah. Umumnya banyak keinginan remaja yang kemudian di jadikan kebutuhan. Dari sini jelas terlihat mindset remaja yang bisa memutuskan sesuatu denagn mudah tanpa memperhitungkan dampak yang diakibatkan.

RESPON SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) TERHADAP KARIR
Dari hasil penelitian di sebuah sekolah SMA di Indonesia, di temukan sebanyak 90% siswa bingung dalam memilih karir masa depan. Hal ini juga terbukti dari penelitian lain di sekolah yang berbeda, ditemukan sebanyak 78% siswa memilih jurusan di sekolah tersebut atas pilihan orang tua. Dari banyaknya doktrin seperti kasus tersebut, tentunya akan memberi efek negatif pada siswa. Hal ini juga terlihat pada sebuah penelitian yang menemukan sekitar 31% siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia kurang memadai dalam membuat keputusan.
Dari data temuan tersebut, apabila dianalisis dengan konsep kematangan karir Super (Sharf, 2013), ketidaksiapan atau ketidakmatangan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam memutusakan karir juga dipengaruhi oleh kekurang keberhasilan layanan bimbingan karier dan meningkatkan kematangan karier. Padahal, jika layanan bimbingan dan konseling inigin berlangsung efektif dan efisien, maka program yang dikembangkan harus di dasarkan pada kebutuhan nayata dan objektif pada perkembangan pesrta didik.
Dari berbagai problematika diatas, terdapat satu penyebab utama belum berhasilnya layanan bimbingan karier adalah tidak adanya data atau informasi akurat dan objektif tentang kematangan karier siswa. Upaya ini dilakukan sebagai rujukan dalam mengembangkan progrqm layanan bimbingan karier.

     
Menurut Hert & Cramer (dalam Manrihu, 1986) menyebutkan bahwa
pengukuran tentang kematangan karier sangat diperlukan agar:

Dapat menilai kesiapan pribadi untuk mengambil keputusan-keputusan
pendidikan atau karier, atau berperan serta dalam berbagai macam
pengalaman perkembangan karier yang khusus.
Berfungsi sebagai instrumen-instrumen diagnostik dalam menentukan
perlakuan.
Dapat mengevaluasi tingkat dimana strategi-strategi yang ditujukan dan
membantu layanan bimbingan atau konselor sekolah. Mengembangkan dan
menjalankan program layanan bimbingan karier “seadanya” tanpa di dasari
oleh kondisi objektif siswa, baik kemampuan maupun kebutuhan-kebutuah
 pribadinya.


KONSEP DAN KONSTRUK KEMATANGAN KARIER
Lokan (2011) menyatakan “career maturity is the readness to make appropriate career decisions”. Individu dikatakan mencapai kematangan dalam kariernya apabila telah memiliki kepastian untuk membuat keputusan terhadap pilihan-pilihan kariernya dengan tepat dan bijaksana. Tingkat kematangan siswa pada level Sekolah Menengah Atas (SMA) bisa menggunakan alat ukur kematangan karier. Hal ini dilakukan sebagai konsep kematangan karier sebagai hasil super pada pola pikir karier (career patern study), yang fasenya dimulai dari individu pada usia setara siswa SMA hingga mendekati dewasa. Siswa SMA berada pada level usia remaja. Jika diliaht dari perkembanagn karier super, fase remaja merupakan tahap eksplorasi karier terutama anatara sub-tahap tentatif dan sebagian transisi.

Berikut akan di jelaskan sub-tahap tentatif dan sub-tahap transisi!

  1. Sub-tahap tentatif, mereka mulai mempertimbangakan aspek-aspek kebutuhan, minat, kepastian, nilai-nilai dan kesempatan secara menyeluruh. Pilihan pada masa tentatif mulai diusahakan untuk keluar dari fantasi, baik melalui diskusi, bekerja, maupun aktivitas lain. Tugas perkembangan pada tahap ini.
  2. Sub-tahap transisi, pertimbangan yang lebigh realistis untuk memasuki dunia kerja atau latihan-latihan professional lebih menonjol, serta diikuti dengan adanya usaha untuk mengimplementasikan konsep dirinya dan pilihan yang bersifat umum menjadi lebih khusus. Tugas perkembanagn pada sub-tahap ini adalah spesifikasi preferensi karier.

Dalam Career Developmrnt Inventory (CDI) terdapat aspek pokok kematangan karier:
  1. Perencanaan Karier (Career Planning) 
  2. Eksplorasi Karier (Career Exploration)
  3. Pengetahuan tentang Membuat Keputusan (Decision Making) 
  4. Informasi (sejumlah pengetahuan) tentang Dunia Kerja (World-of-Wor Information)


KONSTRUKSI ALAT UKUR KEMATANGAN KARIER SISWA SMA


SKK format 1 adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dimensi kognitif kematangan karier siswa SMA meliputi tiga aspek, yaitu 1) Pengetahuan tentang membuat keputusan; (2) Pengetahuan tentang dunia kerja; (3) Pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang disukai.
SKK format 2 adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dimensi non-kognitif kematangan karier siswa SMA meliputi tiga aspek, yakni (1) Perencanaan karier, yaitu keterlibatan siswa dalam aktivitas-aktivitas rencana karier, (2) Eksplorasi karier, yaitu keinginan siswa untuk memanfaatkan sumber-sumber informasi tentang karier dan mendapatkan informasi karier dari sumber-sumber tersebut, dan (3) Realisme keputusan karier, yaitu realitas (masuk akal) tidaknya keputusan karier siswa sesuai dengan kondisi objektif personal (kelebihan dan kekurangan) serta kesempatan-kesempatan karier yang dimilikinya.


ASPIRASI KARIER
Aspirasi karier merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan karier. Setiap individu harus membentuk aspirasi karier dalam konteks kemampuan, potensi atau kapasitas, serta penerimaan terhadap situasi dan kenyataan disekitar individu untuk mencapai karier yang menjadi harapan atau cita-citanya. Apresiasi karier dapat membantu peserta didik untuk memilih sekolah lanjutan yang sesuai dengan kemampuan danpotensi yang dimiliki peserta didik.

FOUNDING OF ASPIRATION RESEARCH

Penelitian oleh Rahayu (1999)
Tidak ada perbedaan aspirasi karier antara remaja laki-laki dan remaja perempuan yang memepunyai intelegensi tinggi. Hal tersebut disebbakan oleh beberapa faktor antara lain, kesempata pendidikan yang diberikan orang tua sekarang sama antara anak laki-laki dan anak perempuan, serta adanya persamaan antara pria dan wanita dala masyarkat.

Penelitian oleh Peter A. Creed, Oi Yin Wong & Michelle Hood (2009)
Tidak ada perbedaan yang signifikan dan kompleks berdasarkan gender yang ditemukan berkaitan dengan cita-cita atau harapan pekerjaan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa aspirasi dan harapan karier siswa tidak sesuai satu sama lain, sementara gender tidak memiliki keterkaitan dengan aspirasi karier siswa.



Penelitian oleh Elok Zakiyatus Sifah (2015)
Terdapat pengaruh efikasi diri terhadap aspirasi karier secarab positif dan signifikan, yang berrati efikasi diri dapat memprekdisikan aspirasi karier. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi efikasi peserta didik maka semakin tinggi pula kesempatan untuk memprediksi aspirasi karier peserta didik tersebut.























Comments

Popular posts from this blog

Contoh Naskah Film Pendek Genre Komedi Romantis | MAU JOMBLO?

CONTOH CERITA PENDEK BAGUS BANGET